Show simple item record

dc.contributor.authorHasid, Zamruddin
dc.contributor.authorNoor, Akhmad
dc.contributor.authorKurniawan A., Erwin
dc.date.accessioned2022-08-04T10:51:26Z
dc.date.available2022-08-04T10:51:26Z
dc.date.issued2022-08
dc.identifier.isbn978-623-5647-89-0
dc.identifier.urihttp://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/39154
dc.description.abstractSejauh ini, bumi mengalami kemerosotan iklim yang berdampak pada degradasi atmosfir. Selama beberapa dekade belakang, tepatnya abad ke-18, manusia berada di “zona nyaman” hingga kepanikan dan ketakutan muncul bersemayam dibenak kita tentang bahaya menguras SDA secara masif. Tak terkecuali Indonesia, kesan yang kerap dialamatkan kepada “Negeri kaya” akan SDA yang melimpah, kini bergeser menjadi wilayah importir Bahan Bakar Minyak (BBM). Fakta ini bukanlah sesuatu yang simpang siur, dimana Indonesia yang notabennya menumpuk SDA (mulai dari cadangan mineral, gas cair, komoditi batu bara, minyak mentah, sampai dengan perkebunan sawit), sekarang mesti menghadapi rute terjal. Bukti lainnya yaitu krisis energi di Indonesia menukik tajam sebagai akibat penghentian sementara dan perlambatan proses distribusi minyak dari batu sandungan akibat Covid-19 dan konflik perang antara Russia – Ukraina. Padahal, Indonesia dibekali oleh “bonus demografi”. Bahkan, volume penduduk Indonesia mengungguli Pakistan dan Brasil (rangking 4) yang dihuni oleh 272.229.379 jiwa dari populasi dunia yang berkisar 7.735 miliar di 2021 atau tepatnya menyumbang 3,41% terhadap kapasitas global. Ironisnya, itu tidak direspon positif karena kegagalan sumber daya manusia (SDM) dalam mencermati “sihir SDA”. Awalnya, sinyal aliran investasi yang bercokol pada sektor-sektor strategis di Indonesia berjalan mulus, tetapi banyak tenaga kerja domestik hanya sebatas menonton tanpa turut terlibat dalam pengelolaan, penggerak, dan tampak tersisih dengan keahlian pekerja dari manca negera. Efek yang pasif ini, bereaksi terhadap perekutran SDM pengelola SDA cenderung pro kepada mereka yang berkeahlian sesuai spesifikasi. Sulitya mematahkan sensitivitas SDA juga berputar balik ke Negara-negara yang sedang berkembang dan aksi ekstrim melalui usulan proposal semacam “penghentian eksploitasi SDA” besar-besaran dinilai tiada ujung. Belum lagi, kita diharuskan mengejar penyusutan “Efek Gas Rumah Kaca”. Realitanya, unit kendaraan yang menghiasi jalan raya tidak dibendung lagi, apalagi sektor transporasi lain. Persaingan industri yang memukau, sudah melampaui “titik fundamental”. Sudut pandang yang selama ini hanya mengandalkan SDA wajib dipersempit guna menyatukan konsep yang mendukung lingkungan, menahan kerakusan, dan menjernihkan alam yang semakin resah, tanpa ditunggangi oleh keinginan pihak lain, melainkan didasari oleh kesadaran individual. Sebab itu, kesalahan-kesalahan masu lalu menjadi pelajaran berharga maupun pekerjaan ekstra. Karya ini mengulas dan mendedikasikan enam materi berikut: I. Latar belakang; II. Kompleksitas dan pembangunan SDA; III. Hubungan SDA dan multidisiplin lainnya; IV. Tinjauan dasar pengelolaan SDA; V. Kelangkaan SDA dan problematika lingkungan; serta VI. Mengenal Kelompok SDA;en_US
dc.description.sponsorshipFakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarmanen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherCipta Media Nusantaraen_US
dc.relation.ispartofseriesCetakan Pertama;Agustus 2022
dc.subjectPembangunan berkelanjutanen_US
dc.subjectEkonomi inklusifen_US
dc.subjectLingkungan terpaduen_US
dc.subjectPengelolaan SDAen_US
dc.titleEKONOMI SUMBER DAYA ALAM DALAM LENSA PEMBANGUNAN EKONOMIen_US
dc.typeBooken_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record