Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/3739
Title: Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor 2334: Sebuah Analisis Alasan Amerika Serikat Abstain dibawah Kepemimpinan Presiden Barack Obama
Authors: Mujiono, Dadang Ilham Kurniawan
Bachtiar, Ade Mustika Dewi
Irmayanti, Susi
Keywords: Resolution 2334, US Abstain, Israel Settlements
Issue Date: 2-Jan-2007
Publisher: Jurnal Fessospol Jendela
Citation: Mujiono, D.I.K., Bachtiar, A.M.D.,Irmayanti, S. (2007). Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor 2334: Sebuah Analisis Alasan Amerika Serikat Abstain dibawah Kepemimpinan Presiden Barack Obama. Jurnal Fessospol Jendela 5 (1), 19-35
Abstract: This research aimed to explain the reason behind United States foreign policy upon abstaining in voting for United Nation Security Council (UNSC) Resolution 2334 on 23rd December 2016. It tried to explain the correlation between US foreign policy, the Resolution 2334 of UNSC and Israel’s settlements. The focus of this research is to analyze the reason for US action, which because of this position of US, create resolution number 2334 passes. Furthermore, it has an impact on Israel’s settlements. In this research, the observer is using the explanative method to explain the focus of this research. Observer found the data from the books, documents, journals, and internet browser based on the official website. The outcomes of this research show that the reason of US abstaining from voting on the Resolution 2334 of UNSC is because the US believes that escalation of the building of the settlements by Israel in Palestine territory as an increasing threat to the viability of a two-state solution.
URI: http://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/3739
ISSN: 2303-0429
Appears in Collections:J - Social and Political Sciences

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Document 19.pdfKonflik antara Israel dan Palestina sudah tidak asing didengar para penstudi Hubungan Internasional. Konflik yang berkepanjangan antara Palestina dan Israel ini sudah berlangsung selama hampir 100 tahun yang lalu dan menjadi konflik yang kompleks sehingga dapat menyita perhatian masyarakat internasional. Konflik ini dimulai pada tahun 1967, di mana Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Palestina). Pada tahun yang sama Israel kemudian membangun pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem timur (Saidin, 2016). Menurut organisasi hak asasi manusia Betselem, dari tahun 1967 sampai pertengahan 2013, terdapat 125 pemukiman resmi Israel dan sekitar seratus "pemukiman liar" yang dibangun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Menurut Badan PBB untuk Bantuan Kemanusiaan Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), Israel menganeksasi 35% dari luas wilayah Yerusalem Timur dan 63% dari luas wilayah Tepi Barat. Pemimpin Palestina menyakini kebijakan pemukiman Israel telah menghancurkan kesempatan solusi dua-negara dalam hal ini adalah Israel dan Pelstina (two-state solution) sehingga menyebabkan terhambatnya penyelesaian damai dengan Palestina. Sebanyak hampir 4.000 rumah dibangun secara ilegal di tanah pribadi warga Palestina. Dengan adanya pemukiman ilegal tersebut menambah rumit dan menjadikan konflik 2 negara ini susah mencapai kata damai10.87 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.