Show simple item record

dc.contributor.authorRijal, Syamsul
dc.date.accessioned2021-12-31T07:56:36Z
dc.date.available2021-12-31T07:56:36Z
dc.date.issued2020-06-01
dc.identifier.isbn978-623-7841-53-1
dc.identifier.urihttp://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/8111
dc.descriptionPerbedaan itu Adalah Budaya Berkali-kali saya menuliskan tentang konflik dan integrasi dalam artikel, termasuk dalam beberapa esai di buku ini. Dua hal yang sangat berbeda dan bertentangan. Namun, keduanya akan bermanfaat jika dikelola dengan baik. Tujuannya cuma satu, yakni untuk menyatukan. Jika akhir-akhir ini kita sering mendengar kalimat, “Indonesia sedang tidak baik-baik saja”, kemungkinan terkandung dua hal di dalamnya, yakni konflik dan integrasi. Mungkin saja orang yang mengatakan dengan tujuan agar semua tetap waspada, sehingga semua bisa bersatu memperbaiki. Atau, mungkin juga orang yang mengatakan itu dengan tujuan membuat kekacauan; lalu memanfaatkan kekacauan itu untuk tampil sebagai pahlawan, kemudian menyelamatkan negara, hingga kembali bersatu. Endingnya, tetap menuju ke persatuan. Kira-kira begitu cara pandang saya terkait perbedaan-perbedaan yang di negara ini. Perbedaan wajar jika melahirkan konflik. Konflik itu adalah cinta sejati. Di dalamnya ada kesetiaan yang menggerakkan setiap individu untuk mempertahankan prinsipnya. Jika tidak setia, konflik itu hanya tumpukan energi yang suatu saat segera habis dengan tawaran materi. Jika materi yang berbicara, persatuan akan menjauh. Akan tetapi, jika konflik itu lahir murni karena kesetiaan, pasti akan berakhir pada persatuan atau integrasi. Orang-orang saat ini tengah ramai membicarakan toleransi, tetapi lupa membicarakan substansi toleransi tersebut, yakni kebebasan. Dalam toleransi, setiap manusia memiliki kebebasan yang bertanggung jawab. Mengapa bertanggung jawab, sebab kebebasan setiap manusia dibatasi oleh kebebasan manusia lain. Oleh karena itu, boleh berbuat bebas tetapi harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab; sebab mungkin saja kebebasan itu merugikan orang lain. Kalau prinsip ini berjalan secara ideal, pasti tidak ada lagi peredaran berita hoaks. Tulisan dalam tiga paragraf di atas merupakan kegelisahan yang dibahas dalam buku kumpulan esai ini. Banyak sekali masalah-masalah yang muncul di negara kita hanya karena ketidakmampuan melihat perbedaan secara positif. Hal-hal yang berbeda tidak selamanya menghasilkan keburukan. Mungkin saja perbedaan itu hanya salah satu ujian kematangan menuju persatuan; bergantung cara kita mengelolanya. Mengelola perbedaan perlu modal pemahaman budaya. Untuk memahami budaya, kita perlu mempelajarinya. Karena itulah, buku ini diberi judul Perbedaan dan Keramahan Budaya. Dalam buku ini, banyak dibahas perbedaan yang bersumber dari budaya. Akan tetapi, perbedaan itu dapat diatasi dengan pendekatan budaya; dan tentunya yang berbudaya. Esai-esai yang ada dalam buku ini, baik secara implisit maupun eksplisit semuanya membahas kerangka pemikiran dari sudut pandang budaya. Membaca setiap esai dapat mengantarkan pembaca pada pemahaman bahwa memang manusia dipenuhi dengan perbedaan. Persoalannya, tinggal bagaimana kita memandangnya secara positif. Buku ini memuat esai-esai pilihan yang pernah dipublikasikan di beberapa media lokal di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Esai yang paling banyak dalam buku ini pernah dimuat oleh Kaltim Post antara tahun 2015 hingga 2020. Selain itu, sejumlah esai juga pernah dimuat di Berau Post dan Samarinda Pos. Selebihnya adalah tulisan lepas yang dimuat di blog pribadi penulis dan sebagian lagi diposting di Kompasiana.com. Jika diuraikan secara umum, tema-tema yang dimuat dalam esai tersebut berbicara tentang kebhinnekaan, isu SARA, harmonisasi alam dalam lingkungan dan pendidikan, budaya, politik, dan pendidikan, kearifan lokal, serta eksistensi bahasa dalam kehidupan manusia. Tema-tema tersebut tersebar ke dalam 33 judul esai yang ditulis dalam rentan waktu antara tahun 2010 – 2020. Akan tetapi, penulis lebih produktif menulis esai antara tahun 2015 – 2017. Akhirnya, saya harus mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak atas terbitnya buku ini. Pertama, tentu saya harus bersyukur kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, pemilik kuasa semesta alam karena dengan izin-Nyalah, segala cinta dan pikiran mampu disalurkan dalam bentuk tulisan hingga menjadi buku. Kedua, kepada kedua orang tua saya yang tercinta, Hasnawati Nuri dan Abdul Rahim Kake, yang menurunkan DNA sapiensnya sehingga saya bisa bersekolah, belajar, dan mengganggu sapiens-sapiens lainnya dengan sejumlah pertanyaan. Ketiga, terima kasih kepada bapak dan ibu guru dan dosen saya, yang telah mengajari cara membaca dan menulis hingga cara meneliti secara ilmiah. Keempat, terima kasih kepada istri, Ade Risma Idris, dan anak saya, Aimra Alma Syaridma yang tetap bersabar dan mendukung segala aktivitas ilmiah saya. Kelima, terima kasih kepada teman-teman diskusi di Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman, Samarinda. Semoga karya ini dapat dibaca oleh banyak orang dan memberi manfaat seluas-luasnya. Semoga pula karya ini menjadi karya yang akan melahirkan karya-karya berikutnya, amin. Semoga Allah Swt selalu merahmati penulis dan pembaca buku ini, amin. Samarinda, Mei 2020 Syamsul Rijalen_US
dc.publisherIA Publisheren_US
dc.titlePERBEDAAN DAN KERAMAHAN BUDAYAen_US
dc.typeBooken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record