“TAWAR” SUKU KUTAI DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DITINJAU DARI BENTUK MANTRA, ASPEK BUDAYA, DAN FUNGSI
Abstract
Tawar suku Kutai di Kabupaten Kutai Kartanegara diasumsikan bentuknya mantra. Kalau tawar merupakan bentuk mantra, maka dapat dikatagorikan sebagai karya sastra bentuk puisi lama. Sebagai sebuah karya sastra, tawar dapat diasumsikan memiliki muatan budaya sebagai kearifan lokal lingkungan hutan tropika basah. Namun di sisi lain, dengan majunya teknologi dan pemahaman agama bagi kolektivnya, apakah tawar masih berfungsi? Hal ini yang mendasari peneliti untuk membuktikannya secara ilmiah.
Jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Adapun tahapan penelitiannya, yaitu: pengadaan data, reduksi data, inferensi, dan analisis data. Tahapan-tahapan penelitian ini dijadwalkan dalam jangka waktu 22 minggu, dan paling lambat 24 minggu.
Data tuturan tawar yang didapat berjumlah sebelas tawar. Dari hasil analisis dapat dibuktikan bahwa tawar suku Kutai tersebut adalah bentuk mantra sesuai dengan ciri-ciri mantra. Secara budaya, tawar memang merupakan tradisi budaya yang turun temurun, namun didasari dengan agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan awal dan penutup tawar selalu dimulai dengan kata “Basmalah”, dan diakhiri dengan “Sahadat”. Sedangkan fungsinya di dalam masyarakat sampai sekarang masih berlaku, khususnya untuk pengobatan penyakit ringan dan karena tenung.
Tawar secara umum di dalam masyarakat Kutai memang dengan berlatar agama Islam karena memang masyarakat suku Kutai yang tinggal di lingkungan hutan tropika basah semua beragama Islam. Namun ada pula jenis tradisi pengobatan suku Kutai seperti “Bekenjong” dan “Besawai” yang masih dipengaruhi oleh agama Hindu dan kepercayaan Animisme, dan tradisi ini masih ada sampai sekarang.
Collections
- Reports [966]