Show simple item record

dc.contributor.authorSiswanto, Siswanto
dc.date.accessioned2024-01-16T09:05:15Z
dc.date.available2024-01-16T09:05:15Z
dc.date.issued2023-12-15
dc.identifier.urihttp://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/56220
dc.descriptionHasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi kebijakan. 1. Bagi Dinas dan lembaga terkait, pengembangan desa pembelajar, kreatif dan inovatif untuk mendukung kemandirian desa perlu dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan formal perlu berlanjut pada pembelajaran mandiri dan berkelanjutan. 2. Bagi lembaga pelatihan formal-non formal baik yang diadakan dinas terkait, swasta dan masyarakat dapat mengembangkan desain pembelajaran mandiri dan berkelanjutan dengan memotivasi peserta melalui pembelajaran berbasis masalah. Peserta seperti dalam medan pertempuran (battlefield) dan secara mandiri dan berkelanjutan mengekplorasi diri dan lingkungan untuk survive secara mandiri dan berkelanjutan. 3. Bagi Dinas terkait, perlu mendukung melalui manajemen pengetahuan dengan memetakan potensi inovasi dan kreativitas yang mudah di adopsi dan di aplikasikan oleh masyarakat desa sesuai kontek potensi dan permasalahan desa masing-masing. 4. Bagi Desa, pengembangan desa pembelajar, kreatif dan inovatif perlu didukung oleh: kebijakan pemerintah desa, kultur berbasis manajemen pengetahuan, kesiapan infrastruktur di tingkat desa, serta kesiapan kelembagaan masyarakat desa,en_US
dc.description.abstractLingkungan ekonomi, sosial, ekologis di wilayah pedesaan berubah semakin dinamis. Pada sisi lain sumberdaya alam semakin terbatas. Sehingga penting bagi masyarakat pedesaan mengelola sumberdaya pengetahuan sebagai basis untuk kehidupan yang mandiri dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Pada masa lalu ketika lingkungan statis, pembelajaran di wilayah pedesaan banyak dilakukan pada lembaga pendidikan dan pelatihan formal yang melayani masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Pada era disrupsi, pembelajaran di wilayah pedesaan dilakukan secara mandiri tanpa membedakan waktu dan tempat yang berlaku. Penyebab yang mendasari lingkungan seperti itu adalah pembaharuan informasi dan keterampilan yang tersedia, dan akibatnya kebutuhan akan pembelajaran seumur hidup. Teknologi yang berkembang pesat dan peningkatan intensif dalam jumlah pengetahuan telah memberikan kontribusi besar terhadap globalisasi. Pada masyarakat ekonomi berbasis pengetahuan, pengelolaan pengetahuan, pembelajaran dan inovasi adalah faktor kunci untuk mempromosikan daerah pedesaan yang lebih mandiri, tangguh, kuat, dan inklusif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) melakukan identifikasi potret desa pembelajar, kreatifitas, dan inovasi pada desa binaan, (2) mengukur tingkat kesiapan desa untuk pembelajar, kreatif dan inovatif, (3) Pengembangan model desa pembelajar, kreatif, dan inovatif pada desa binaan. Desa pembelajar dalam studi ini fokus dalam pada pendekatan organisasi yang mengasumsikan desa sebagai sebuah organisasi besar (terdiri dari sistem, sub sistem dan elemennya) yang selalu belajar terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk identifikasi potret desa pembelajar, kreatifitas, dan inovasi pada desa binaan di Kalimantan Timur. Analisis multiple studi kasus untuk memungkinkan analisis lintas kasus yang membantu para peneliti mendiskusikan temuan dan menyepakati topik yang relevan yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Subyek penelitian diambil dengan teknik snowballing sampling yang terdiri dari informan kunci pemangku kepentingan dalam pembangunan wilayah pedesaan. Keabsahan data diperoleh dengan dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas, depandabilitas, dan konfirmabilitas. Analisis kualitatif menggunakan model Miles & Huberman. Hasil penelitian ini menemukan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, desa pembelajar sebenarnya merupakan hal yang sudah dan sering ditemukan pada masyarakat pedesaan baik dalam konteks pembelajaran formal-informal-non formal. Namun demikian, pada umumnya masyarakat lebih bersifat pasif dalam mengikuti proses pembelajaran serta belum memenuhi konsep pembelajaran seumur hidup dan berkelanjutan. Materi dan proses pembelajaran lebih banyak berasal dari guru & mentor pelatihan, sehingga pelatihan dan pengembangan keahlian banyak berhenti di pelatihan dan pengembangan formal. Pada sisi lain, terdapat kultur pembelajaran informal baik dalam tingkat keluarga dan komunitas berbasis kearifan lokal, namun belum sesuai dalam konteks lingkungan yang dinamis. Kedua, kesiapan desa binaan terkait desa pembelajar pada umumnya dalam kategori sedang dalam semua aspek: pemikiran sistem (systems thinking), penguasaan pribadi (personal mastery), model mental (mental models), membangun visi bersama (building shared vision), dan pembelajaran tim (team learning). Kesiapan desa binaan terkait desa inovatif dan kreatif dalam kategori aspek: kesiapan manajemen pengetahuan, kesiapan kebijakan pemerintah desa, kesiapan teknologi. Ketiga, hasil diskusi kelompok kecil dengan pemangku kepentingan menemukan bahwa: (1) pengembangan model desa pembelajar perlu didukung oleh: kebijakan pemerintah desa, manajemen pengetahuan, kesiapan teknologi, (2) model pengembangan desa pembelajar, kreatif dan inovatif untuk mendukung kemandirian desa yang perlu dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.en_US
dc.description.sponsorshipBadan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Kalimantan Timuren_US
dc.publisherBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH (BALITBANGDA) PROPINSI KALIMANTAN TIMURen_US
dc.relation.ispartofseries1;1
dc.subjectDesa Pembelajar kreatif inovatif kemandirianen_US
dc.titleLaporan Desa Pembelajar kreatif dan inovatif untuk mendukung kemandirian desa pada desa binaan untuk Mendukung Kemandirian Desa di Kalimantan Timur.en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record