Show simple item record

dc.contributor.authorfitriyana, fitriyana
dc.date.accessioned2022-03-19T07:50:21Z
dc.date.available2022-03-19T07:50:21Z
dc.date.issued2020-07-10
dc.identifier.urihttp://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/34642
dc.descriptionJumlah konsumsi rokok yang meningkat berdampak pada biaya sosial ekonomi yang meningkat, baik untuk biaya rokok maupun biaya pengobatan penyakit terkait rokok serta adanya biaya yang hilang akibat tidak dapat bekerja. Barendregt, et al (1997) dalam Maharendrani (2009) mengemukakan bahwa biaya pelayanan kesehatan untuk para perokok di suatu umur rata-rata 40% lebih besar daripada bukan perokok. Pada tahun 2013, Indonesia harus mengeluarkan biaya kesehatan karena penyakit akibat rokok sebesar 125,9 triliun rupiah. Beban akibat rokok mencapai 105,92 triliun rupiah akibat hilangnya produktivitas yang disebabkan kematian prematur dan disabilitas (Netz.id, 2016). Biaya akibat merokok tidak hanya membebani perokok itu sendiri namun juga lingkungan sekitarnya. Halpern, et al (2001) menunjukkan bahwa status merokok mempengaruhi produktivitas. William B Bunn, et al (2006) dalam penelitiannya mengestimasi pendapatan yang hilang karena waktu kerja yang tidak produktif saat bekerja. Pekerja perokok kehilangan lebih banyak waktu kerja dan lebih tidak produktif dibanding pekerja mantan perokok dan bukan perokok sehingga kehilangan pendapatan ($4430), lebih tinggi daripada pekerja yang berhenti merokok ($3246) dan tidak merokok ($2623). Bonu et al (2005) menyatakan bahwa kebiasaan merokok berdampak pada disposable income yang pada akhirnya akan mengurangi alokasi pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, kesehatan, dan pendidikan. Kebiasaan merokok berdampak pada kondisi kesehatan yang memburuk, yang mana di masa mendatang berdampak pada human capital rendah sehingga menyebabkan produktivitas rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Saptutyningsih (2015) yang menyebutkan bahwa semakin lama merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, yang kemudian berpengaruh pada rendahnya produktivitas. (Kusnendi, 2003) Rendahnya produktivitas tenaga kerja berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan yang diterima tenaga kerjaen_US
dc.description.abstractada 1,3 milyar orang yang merokok didunia. Pada tahun 2008 menyebutkan bahwa 2/3 perokok tinggal di 10 negara. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2008 Indonesia ada diurutan ke 28 dengan angka 1.085 batang perorang/tahun. Pengguna rokok urutan pertama adalah di negara Serbia dengan jumlah konsumsi rokok mencapai 2.861 perorang/tahun sedangkan urutan berikutnya diduduki oleh negara neraga maju. Selain banyaknya negara yang penduduknya mayoritas merokok hal tersebut juga menjadi meningkatnya angka kematian pada negara negara tersebut akibat merokok.en_US
dc.description.sponsorshipUKM UNMULen_US
dc.publisherOrganisasi Bidikmisien_US
dc.relation.ispartofseriesGamadiksi;
dc.relation.ispartofseriesGamadiksi;204/GAMADIKSI/DEBATERS/VII/2020
dc.subjectPemateri, Gamadiksi, UKM, Dampak Rokok Dampak Kesehatan dan Ekonomien_US
dc.titlePemateri Kegiatan DEBATERS Gamadiksi 2020en_US
dc.typeImageen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record