Show simple item record

dc.contributor.authorTriyana, Lily
dc.date.accessioned2022-03-15T01:57:01Z
dc.date.available2022-03-15T01:57:01Z
dc.date.issued2021-01-18
dc.identifier.urihttp://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/27895
dc.description.abstractIndonesia mempunyai catatan yang sangat baik dimana sejak tahun 1970 sampai dengan 2012, Indonesia merupakan negara produsen terbesar gas bumi di Asia Pasifik dengan angka 1.909 Juta Ton Equivalent Oil (JT EO), meskipun pada tahun 2015 menempati posisi 2 terbesar setelah China sebagai negara produsen gas bumi di Asia Pasifik dengan produksi 67,5 JT EO. Hal ini disajikan dalam Gambar 3 berdasarkan data dari BP Statistical Review (2015) mengenai total produksi gas alam Asia Pasifik periode 1970-2015. Hingga saat ini produksi gas Indonesia sudah sangat besar, tetapi Indonesia diperkirakan masih memiliki potensi sumber gas yang cukup besar. Facts Global Energy (2012) memperkirakan bahwa produksi kotor gas Indonesia masih di atas 8.300 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD), bahkan diperkirakan dapat di atas 9.000 MMSCFD pada tahun 2020. Namun Indonesia belum mampu menikmati produksi gas secara maksimal untuk kebutuhan domestik. Gas cenderung diekspor untuk kepentingan luar negeri dan tidak menutup kemungkinan termasuk potensi produksi di masa yang akan datang. Karena itu sudah harus dimulai perencanaan untuk pemanfaatan gas secara skala besar untuk kebutuhan industri dan rumah tangga, dalam rangka mengurangi pemakaian bahan bakar minyak dan LPG. Indonesia hingga saat ini belum menikmati gas secara optimal meskipun harga gas lebih murah dibanding dengan BBM/LPG. Hal ini terlihat dari pemakaian bauran sumber energi di Indonesia pada tahun 2015. Berdasarkan data dari BP Statistical Review (2015) dimana Indonesia masih mengandalkan minyak mentah dengan persentase sebesar 37%, kemudian gas 18%, dan batubara 40%. Bandingkan dengan negara-negara lainnya yang sudah menggunakan gas dalam skala yang lebih besar seperti China, India, dan Korea dan ini menjadi semacam ironi dimana Indonesia sebagai negara penghasil gas terbesar ke 2 di kawasan Asia Pasifik tetapi pemakaian gas masih relatif kecil dibanding negara-negara lainnya. Dalam Perpres RI No. 22/2017 Tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah telah menargetkan diversifikasi energi pada sumber energi non-minyak bumi pada 2025. Data 2015 menunjukkan pangsa minyak bumi masih mendominasi bauran energi nasional dengan angka 47%, sementara pangsa gas bumi masih sebesar 21%. Di tahun 2025, ditargetkan pangsa minyak bumi akan menurun hingga kurang dari 25%, sementara pangsa gas bumi diharapkan dapat meningkat minimal 22%. Sebagai salah satu upaya konkret diversifikasi energi, pemerintah menginisiasi proyek jargas untuk rumah tangga atau dengan nama lain jargas kota, yaitu upaya mengalirkan gas bumi melalui jaringan pipa hingga pada level rumah tangga. Menyadari bahwa kemampuan pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbatas, proyek ini dilaksanakan dalam bentuk penugasan kepada BUMN terkait, yaitu Pertamina dan PT. PGN. Selain untuk mewujudkan diversifikasi energi, proyek ini juga bertujuan untuk menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Sejak diinisiasi pada 2007, program konversi minyak tanah ke LPG telah meningkatkan konsumsi LPG nasional secara signifikan. Data 2018 menunjukkan konsumsi LPG nasional mencapai 7,5 Juta Metrik Ton (MT), meningkat cukup signifikan apabila dibandingkan data 2017 yaitu sebesar 7,1 Juta MT. Besarnya kebutuhan nasional akan LPG tidak mampu dicukupi oleh produksi dalam negeri. Hasil kilang dalam negeri hanya mampu menutup kebutuhan sekitar 25%, dibuktikan dengan data produksi LPG selama 5 tahun terakhir cenderung menunjukkan penurunan, pada kisaran level 2 Juta MT. Sementara, 75% di antara kebutuhan nasional dipenuhi melalui impor. Tren peningkatan konsumsi LPG nasional dari tahun ke tahun turut mendorong tren peningkatan impor LPG. Data 2018 menunjukkan impor LPG mencapai 5,6 Juta MT dan pada 2019 diperkirakan mencapai lebih dari 5,7 Juta MT. Selain diversifikasi energi dan menekan impor LPG, proyek ini juga menjadi opsi energi yang dinilai lebih murah. Menurut simulasi dari ESDM (2013), apabila rumah tangga beralih dari penggunaan LPG ke gas bumi, maka biaya yang dikeluarkan rumah tangga per Million British Thermal Unit (MMBTU) akan turun sekitar 30,6%. Ketika simulasi disesuaikan dengan data terbaru, serta diasumsikan rumah tangga adalah golongan konsumen RT (1), maka biaya per MMBTU akan turun sekitar 10,1%-27,6% (untuk peralihan dari LPG 3 Kg). Selain itu, jargas juga dinilai lebih aman karena jargas memiliki banyak sistem pengaman dan berat jenis gas bumi lebih ringan daripada LPG, sehingga akan mengurangi potensi ledakan/kebakaran. Tidak hanya itu, jargas juga dinilai lebih ramah lingkungan. Konversi dari LPG ke jargas mampu mengurangi emisi CO2 sebesar 0,218 Kg per penggunaan 1 M3 gas bumi (ESDM, 2013). Pengguna utama gas di Indonesia adalah sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial. Pada penelitian ini gas kota dikaitkan dengan kebutuhan gas untuk sektor rumah tangga dan komersial. Gas kota adalah salah satu program yang bisa dikembangkan untuk mengatasi gap antara peningkatan pertumbuhan konsumsi energi masyarakat dibandingkan dengan produksi minyak dalam negeri yang semakin tinggi. Sekaligus untuk menekan laju pertumbuhan impor bahan bakar yang tentu saja membebani neraca ekonomi Indonesia. Perumda Air Minum Danum Taka sebagai BUMD Kabupaten Penajam Paser Utara berencana mengembangkan jaringan gas kota untuk kegiatan komersial dan rumah tangga, salah satunya dengan memanfaatkan pipa distribusi yang dibangun oleh pemerintah pusat. Pipa yang ada saat ini diharapkan dapat memasok gas untuk kegiatan komersial dan rumah tangga yang berada di wilayah Penajam dan beberapa Kelurahan terdekat di PPU. Jaringan gas kota adalah rantai nilai akhir pasokan gas dari sumber gas ke konsumen akhir (end users). Gas dikirimkan melalui jaringan pipa transmisi ke jaringan pipa distribusi setelah melewati city gate station untuk selanjutnya didistribusikan ke konsumen akhir. Untuk sampai ke konsumen akhir, perlu dibangun infrastruktur distribusi gas kota (city gas distribution) seperti jaringan pipa, stasiun regulator dan stasiun meter atau gabungannya. Pembangunan infrastruktur distribusi gas kota memerlukan biaya yang harus dihitung secara cermat dan komponen-komponen biaya untuk pembangunannya harus memenuhi syarat keekonomian. Studi kelayakan bisnis jargas ini merupakan suatu kegiatan analisis yang cermat, sistematis, dan menyeluruh mengenai faktor-faktor atau aspek yang dapat mempengaruhi kemungkinan berhasilnya pelaksanaan gagasan suatu usaha. Berdasarkan batasan tersebut, dapat dimengerti bahwa studi tersebut harus membahas semua aspek yang dapat menentukan layak tidaknya gagasan usaha. Adapun yang menjadi fokus utama bagi analis untuk melakukan studi kelayakan adalah mengenai analisis biaya dan manfaat. Untuk sampai pada perhitungan nilai keekonomian tertentu, diperlukan data dan informasi besarnya potensi demand dari konsumen yang menjadi target, agar biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur distribusi gas kota memenuhi syarat kelayakan yang diharapkan. Saat ini data-data mengenai potensi demand dan konsumen yang menjadi target tersedia Pemda PPU, Pertamina, dan Perumda Air Minum Damum Taka, sehingga data tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu penelitian dalam menentukan kelayakan investasi Jargas yang akan dibangun dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan Profitability Index (PI). Setelah dilakukan evaluasi kelayakan investasi dan investasi dinyatakan layak untuk dijalankan maka tahapan selanjutnya adalah dirumuskan strategi yang tepat agar pembangunan gas kota ini bisa tumbuh menjadi bisnis yang bisa diandalkan oleh korporasi, berjalan sesuai dengan keekonomian dan kelayakan usaha yang sudah disusun dan ditetapkan dalam rencana bisnis, mendatangkan keuntungan yang diharapkan, sekaligus bisa berkembang ditengah kompetisi yang ada.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.subjectkajian teknistentang kelayakan bisnis pengelolaan jargas oleh perumda danum taka kabupaten penajam paser utaraen_US
dc.titlekajian teknis tentang kelayakan bisnis pengelolaan jargas oleh perumda air minum danum taka kabipaten penajam paser utaraen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record