| dc.description.abstract | Salah satu karakter khas manusia adalah bercerita dan mendengarkan cerita. Manusia menggunakan cerita untuk berkomunikasi dan memahami orang lain dan peristiwa. Manusia berpikir dan bermimpi juga dengan menggunakan cerita. Melalui cerita, budaya tercipta dan mengekspresikan pandangan dunianya dan mampu memberikan model identitas dan agensi masyarakat. Semua kitab suci di dunia juga menggunakan cerita sebagai sebuah pelajaran bagi manusia yang dapat memaknainya. Al-Qur’an, khususnya, menggunakan cerita yang akrab disebut Al-Qashash fi Al-Qur’an agar manusia dapat mengambil pelajaran, hikmah, petunjuk, dan nasehat ke arah perbuatan yang baik dan benar dalam mengarungi kehidupan dunia. Hal ini karena kisah-kisah masa lalu sering kali terulang di masa sekarang dalam konteks dan suasana yang berbeda sehingga pelajaran atau nasehat di masa lalu dapat dijadikan hikmah dan pelajaran pada saat ini. Buku yang ada di tangan Anda saat ini adalah kumpulan cerita masa lalu dan kini. Cerita ini berasal dari alumni Pondok Pesantren Modern Al-Junaidiyah Biru, salah satu pesantren tertua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Pesantren ini awalnya dirintis oleh AGH. Junaid Sulaiman pada tahun 1969 dengan nama Pesantren Ma’had Hadits Biru. Kemudian pada tahun 1973 diresmikan dengan nama Pesantren Modern dan akhirnya berganti sesuai nama Anregurutta selaku pendiri. Masyarakat lebih terbiasa menyebutnya Pesantren Biru. Awalnya, Pesantren Biru hanya membina Qismul Huffadz (hafalan Al�Qur’an) dan pengajian kitab kuning. Dalam perkembangannya, Pesantren Biru akhirnya menyelenggarakan pendidikan formal mulai tingkat raudatul atfal (RA), madrasah sanawiah (MTs), madrasah aliah (MA), dan pendidikan diniyah formal (PDF). Hingga saat ini, Pesantren Biru telah meluluskan ribuan alumni yang berkiprah dalam beragam profesi di berbagai penjuru tanah air. | en_US |
